Ku terpaku dalam diam, dikala aku menapaki langkahku dalam sebuah jalan mimpi. Aku tersadar dengan sentuhan hangat seorang Ayah yang memiliki peran begitu berharga dalam hidup ini. Iya, aku awali sebuah cerita ini dari sepatu lusuh yang aku beli dan diberikan oleh seorang paman hebat diseberang pulau rumahku. Sepatu lusuhku sudah kehilangan kekuatan. Iya, kekuatan yang selama ini merekatkannya telah hilang sehingga memaksaku untuk membawanya ketukang penjahit sepatu. Malangnya nasibku dikala itu, kantong celanaku mulai kering, dan pada saat aku berpikir untuk membuang sepatu lusuhku, alangkah terkejutnya aku dikala mendengar nada dering telponku yang ternyata dari Ayahku. Iya, semuanya aku ceritakan. Mulai dari sepatu lusuhku hingga semua prestasi yang aku raih hari itu. Ayahku berkata “nak bawa pulang sepatumu biar ayah yang menjahitkannya untukmu”. Pada awalnya aku berpikir ini hanyalah hal biasa yang diucapkan oleh seorang Ayah terhadap anakanya. Setelah sepatuku dijahit oleh ayah, akupun mencoba sepatuku dan berkata “Ayah, nampaknya sepatu ini sudah terlalu kecil untuk kaki ku, aku beli yang lain aja yaaa!” dengan spontan Ayahku yang saat itu baru bangun dari tempat tidurnya mengatakan “nak, mungkin saat ini ayah belum mampu membelikanmu sepatu bagus seperti teman-temanmu, tapi ayah mohon pakailah sepatu yang ayah jahitkan ini dan mungkin hanya ini yang ayah bisa berikan untuk mendukungmu melanjutkan pendidikannmu. “Ayah harap kamu mau menghargai karya Ayah dan mengiyakan kemauan ayah kali ini, nak”. Tanpa aku sadari, air mataku terjatuh mendengar kata-kata ayahku, seakan rasanya sepatu ini tak akan pernah aku lepas. Dan aku berjajnji pada diriku “aku berjanji dimanapun, kapanpun dan dalam acara apapun aku akan selalu memakainya sebagai sebuah motivasi dan penyemangat, agar disetiap langkahku aku bisa mengingat wajah jerih payah seorang ayah”. Disetiap kegagalanku Ayah selalu memberikan motivasinya “Nak, ayah tidak pernah peduli kamu kalah oleh siapapun. Tetapi ayah selalu bangga kepadamu sudah berada ditengah-tengah orang hebat”. Hal inilah yang menjadi penyemangat tersendiri bagi jiwa ini untuk selalu bermimpi besar. Ayah yang selalu memberikan motivasi dengan caranya sendiri, Ayah yang hingga kini menemaniku dalam setiap jejak langkahku. Dengan badan yang mulai kering oleh teriknya matahari untuk menghidupiku dan keluarga, Ayah masih tegar membersamai dan memberikan motivasi terbesar untuk menggapai sebuah kesempurnaan kesuksesan ini. Mimpi besar ini aku persembahkan untuk Ayahku tercinta. Prestasi-prestasi yang aku raih diantaranya menjuarai Lomba Karya Tulis Nasional dan aku mengelilingi Nusantara



 
Top