Dikisahkan pada masa Rasulullah saw, hiduplah
sepasang suami isteri yang shalih di kota Madinah. Suatu hari,
Rasulullah memerintahkan seluruh laki-laki untuk ikut berperang melawan
orang-orang musyrik, kecuali yang masih anak-anak atau sudah tua. Maka
berangkatlah seluruh laki-laki yang ada di Madinah termasuk suami
perempuan yang shalihah tersebut. Sebelum berangkat, suaminya berpesan
agar dia tidak keluar dan meninggalkan rumah sampai suaminya pulang dari
peperangan.
Setelah keberangkatan pasukan Islam ke medan perang, datanglah seseorang ke rumah perempuan yang dtinggalkan suaminya tersebut.
Setelah keberangkatan pasukan Islam ke medan perang, datanglah seseorang ke rumah perempuan yang dtinggalkan suaminya tersebut.
Orang itu mengabarkan bahwa ayahnya sedang sakit keras, dia
diminta datang untuk menjenguknya. Ketika itu, dia teringat pesan
suamiya agar dia tidak meningggalkan rumah sebelum suaminya pulang dari
peperangan. Maka dia mengurungkan niatnya untuk menjenguk ayahnya yang
sedang sakit, sebelum suaminya pulang.
Hari berikutnya, datang lagi
seseorang ke rumahnya dan memberitahukan bahwa sakit ayahnya semakin
bertambah dan dia diminta segera datang menemui ayahnya. Ketika akan
berangkat, dia kembali teringat akan pesan suaminya, lalu niat untuk
mengunjungi ayahnya yang sedang sakitpun diurungkan kembali.
Pada hari ketiga, datang lagi seseorang memberitahukan kepadanya bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dan dia dimohon segera melihat jasad ayahnya. Di saat akan berangkat, dia kembali teringat akan pesan suaminya, akhirnya niatnya pun diurungkannya. Maka berita tentang perempuan itupun tersiarlah ke seluruh kota Madinah, sebagian besar mencela dan mencap perempuan itu sebagai anak durhaka.
Setelah tantara Islam pulang dari pertempuran, maka sebagain umat Islam menghadap Rasulullah dan memberitahukan perihal perempuan tersebut dan suaminya. Setelah mendengarkan persoalannya dengan utuh, Rasulullah berkata, “Allah swt. telah mengampuni seluruh dosa ayah perempuan itu, dan akan memasukannya ke dalam sorga karena telah memiliki anak yang shalihah dan patuh kepada suaminya”.
Dari kisah di atas dapat diambil
pelajaran, bahwa begitulah kepatuhan yang mesti ditunjukan isteri
kepada suaminya. Amat besar dosanya jika isteri membantah atau melawan
perintah suaminya. Begitu juga, jika dia mengkhianati amanah yang
diberikan suaminya, baik berupa harta, kehormatan, dan sebagainya. Dalam
sebuah hadits yang diterima dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw.
menyebutkan
أربع من أعطيهن فقد أعطي خير الدنيا والآخرة, لسان ذاكر وقلب شاكر وبدن على البلاء صابر وزوجة لا تبغيه خونا فى نفسها ومالها
Artinya: “Ada empat hal, siapa yang diberikan kepadanya berarti dia
telah diberikan kebaikan dunia dan akhirat; lidah yang berzikir, hati
yang bersyukur, tubuh yang sabar atas segala cobaan, dan isteri shalihah
yang tidak pernah berkeinginan untuk mengkhianati suaminya baik
terhadap dirinya maupun harta suaminya”. (H.R. Tarmizi)
Bila
seorang isteri melanggar, atau membantah perintah suaminya berarti dia
termasuk isteri yang durhaka. Dia bukan hanya berhak mendapat hukuman
dan ganjaran dari suaminya, akan tetapi dia juga berhak atas laknat dan
kutukan Allah serta para malaikat-Nya. Bagi seorang isteri yang durhaka,
dia tidak berhak mendapat belanja dan nafkah dari suaminya. Bahkan,
suaminya boleh berpisah ranjang dengannya, atau bahkan memukulnya agar
dia sadar akan kesalahanya. Begitulah yang disebutkan Allha dalm surat
an-Nisa’ [4]: 34
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang
saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
_____
oleh http://syofyanhadi.blogspot.com
_____
oleh http://syofyanhadi.blogspot.com
Terimakasih Sobat Membaca Artikel tentang Isteri Yang Shalihah. Jika Ingin Copy dan Paste Artikel Isteri Yang Shalihah ini Diharapkan Sobat mencantumkan link http://ldk-baabulhikmah.blogspot.com/2015/04/isteri-yang-shalihah.html. Terimakasih atas perhatiannya.